Kamis, 07 Januari 2016

panilaian kinerja



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Penilaian Kinerja
     Penilaian kinerja (Performance Assessment) merupakan suatu penilaian yang menitikberatkan pada proses. Penilaian kinerja adalah penilaian yang memberi kesempatan peserta didik menunjukkan kinerja, bukan menjawab atau memilih jawaban dari sederetan kemungkinan jawaban yang sudah tersedia. Penilaian kinerja juga merupakan penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas peserta didik sebagaimana yang terjadi. Penilaian kinerja (Depdiknas dalam Sa’dijah, 2009) dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi peserta didik. Penilaian unjuk kinerja (Akib & Wahidin, 2015: 25) merupakan suatu bentuk penilaian otentik yang meminta peserta didik untuk mendemontstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan kedalam berbagai konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
     Penilaian kinerja sebagai metode pengujian yang meminta peserta didik untuk membuat jawaban atau hasil yang menunjukkan pengetahuan dan keahlian mereka. Penilaian kinerja merupakan pemahaman terbaik yang dapat berupa respon peserta didik dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks (Elloitt dalam Sa’dijah, 2009). Penilaian kinerja digunakan untuk menilai pemikiran tingkat tinggi dan akuisisi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang dibutuhkan peserta didik. Grant Wiggins dalam Yaumi (2013: 188) menjelaskan bahwa penilaian kinerja adalah suatu penilaian tentang kemampuan untuk menampilkan pengetahuan dari suatu konteks yang sebenarnya menuju situasi kinerja yang lebih realistis, sebagai lawan di luar konteks seperti dalam latihan-latihan di sekolah.
     Pendapat beberapa ahli (dalam Akib & Wahidin, 2015: 25) mengenai penilaian unjuk kinerja yaitu:
1.      Corner,  menyatakan bahwa penilaian unjuk kinerja merupakan cara untuk menilai performa peserta didik secara individual maupun kelompok setelah dilaksanakan pembelajaran.
2.      Jalogo, berpendapat bahwa  penilain kinerja merupakan cara untuk menilai sesuatu dari berbagai sudut pandang seperti tingkatan, nilai guna, dan keunggulannya.
3.      Menurut Stiggins,  penilaian unjuk kinerja adalah suatu bentuk tes dimana peserta didik diminta untuk melakukan aktivitas khusus dibawah pengawasan penguji (guru) yang akan mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang ditunjukkannya.
4.      Airasian, berpendapat bahwa penilaian unjuk kinerja merupakan penilaian yang mampu membuat peserta didik memberikan suatu jawaban atau hasil yang mendemonstrasikan dan keterampilan atau kinerja.
     Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja merupakan salah satu bentuk penilaian yang meminta peserta didik untuk menunjukkan kinerja mereka. Penilaian kinerja menuntut peserta didik untuk aktif karena yang dinilai bukan hanya produk tetapi yang lebih penting adalah keterampilan yang mereka punya. Menurut Sa’dijah (2009), penilaian kinerja dalam matematika meliputi presentasi tugas matematika, proyek atau investigasi, observasi, wawancara (interview), dan melihat hasil (product).

B.     Penerapan Penilaian Kinerja
     Menurut Parke (2003: 151) penilaian kinerja dapat digunakan untuk memperoleh informasi mengenai pengetahuan matematika (mathematical knowledge), pengetahuan strategik (strategical knowledge) dan komunikasi matematika (mathematical communication). Pertanyaan-pertanyaan yang dapat digunakan untuk penerapan penilaian kinerja dalam pengetahuan matematika yaitu (1) Apakah peserta didik telah menunjukkan pemahaman yang benar terhadap konsep-konsep matematika, (2) Apakah peserta didik telah menggunakan terminologi dan notasi matematika dengan benar, dan (3) Apakah peserta didik telah menggunakan prosedur matematika dengan benar dan lengkap. Sedangkan dalam pengetahuan strategik, pertanyaan yang dapat digunakan yaitu (1) Bagaimana strategi yang digunakan peserta didik dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika, (2) Apakah proses penyelesaian yang digunakannya sistematis dan lengkap. Dan dalam komunikasi, pertanyaan yang dapat digunakan yaitu apakah peserta didik dapat mengkomunikasikan penyelesaiannya dan menjelaskan strategi pemecahan yang digunakan baik secara lisan maupun tulisan kepada guru dan peserta didik lainnya.
     Ada enam aktivitas yang mengambarkan penggunaan tugas-tugas kinerja dalam ruang kelas (Parke, 2003: 3), yaitu:
1.      Mengeksplorasi lebih dari satu strategi, representasi dan jawaban-jawaban,
2.      Memperbaiki respon-respon untuk meningkatkan kualitasnya,
3.      Menggunakan kriteria yang telah ditentukan untuk menilai kualitas respon-respon,
4.      Mengembangkan kriteria penskoran untuk mengevaluasi kualitas respon-respon,
5.      Mengukur pengetahuan yang ada pada peserta didik, dan
6.      Memonitor pembelajaran para peserta didik selam instruksional.
     Lebih lanjut Parke menjelaskan tujuan dari aktivitas-aktivitas tersebut adalah untuk memberi gambaran nilai-nilai yang harus digunakan baik bagi para guru maupun peserta didik dalam menggunakan tugas-tugas tersebut di ruang kelas. Tidak ada urutan yang disarankan dalam menggunakan aktivitas-aktivitas tersebut. Empat aktivitas yang pertama melibatkan peserta didik dalam mengeksplorasi jawaban dan menjelaskan pemikiran matematika, dan dua yang terakhir menggambarkan penggunaan tugas-tugas tersebut oleh guru dalam membimbing instruksional. Tergantung pada tingkat kebiasaan terhadap tugas-tugas tersebut, guru dapat memilih aktivitas-aktivitas dan tugas-tugas yang sangat berguna bagi kebutuhan-kebutuhan para peserta didiknya dan untuk mengembangkan program instruksionalnya sendiri. Baik peserta didik maupun guru akan memperoleh keuntungan dari penggunaan tugas-tugas dan lembar kerja siswa. Setiap aktivitas mendorong peserta didik untuk menjadi pemikir refleksif dan pemecahan masalah melalui menilai dan mendiskusikan beberapa contoh respon-respon.
     Menurut Zainul (2005: 5) tugas-tugas penilaian kinerja dapat diwujudkan dengan berbagai bentuk, diantaranya yaitu:
1.      Computer adaptive testing (sepanjang tidak berbentuk tes objektif), yang menuntut peserta tes untuk mengekspresikan diri sehingga dapat menunjukkan tingkat kemampuan yang nyata,
2.      Tes pilihan ganda yang diperluas, yaitu bentuk tes objektif yang dapat digunakan apabila tes tidak sekedar memilih jawaban yang dianggap benar. Tes ini harus menuntut peserta didik berpikir tentang alasan mengapa memilih jawaban tersebut, sebagai jawaban yang benar,
3.      Extended-response atau open ended question dapat juga digunakan asal tidak hanya menuntut adanya satu jawaban “benar” yang terpola,
4.      Group performance assessment, yaitu tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik secara berkelompok,
5.      Individual performance assessment, yaitu tugas-tugas individual yang harus diselesaikan secara mandiri,
6.      Intervie, yaitu peserta didik harus merespon pertanyaan-pertanyaan lisan guru,
7.      Nontraditional test items, yaitu butir soal yang tidak bersifat objektif tetapi merupakan suatu perangkat respon yang mengharuskan peserta didik memilih berdasarkan kriteria yang ditetapkan,
8.      Observasi, yaitu meminta peserta didik melakukan suatu tugas. Selama melaksanakan tugas tersebut peserta didik di observasi baik secara terbuka maupun tertutup. Observasi dapat pula dilakukan dalam bentuk observasi partisipatif,
9.      Portofolio, yaitu satu kumpulan hasil karya peserta didik yang disusun berdasarkan urutan waktu maupun urutan kategori kegiatan,
10.   Project, exhibition, or demonstration yaitu penyelesaian tugas-tugas yang kompleks dalam suatu jangka waktu tertentu yang dapat memperlihatkan penguasaan kemampuan sampai pada tingkatan tertentu pula, dan
11.  Short-answer and open ended, yaitu menuntut jawaban singkat dari peserta didik tetapi bukan memilih jawaban dari sederet kemungkinan jawaban yang disediakan.
      Penyusunan tugas membutuhkan langkah-langkah yang penting agar dapat menyusun tugas yang baik dan cukup menggambarkan kompleksitas. Oleh sebab itu bagi guru dibutuhkan kemampuan dan keterampilan yang baik melalui pelatihan yang memadai. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan para guru dalam menyusun tugas-tugas (Zainul, 2005: 12) adalah sebagai berikut:
1.      Mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik setelah mengerjakan atau menyelesaikan tugas. Identifikasi pengetahuan dan keterampilan tersebut meliputi jenis pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan dapat dilatih dan dicapai oleh peserta didik, pengetahuan dan keterampilan bernilai tinggi untuk dipelajari, serta penerapan pengetahuan dan keterampilan tersebut memang terdapat dalam kehidupan nyata di masyarakat. Dalam menyusun tugas sebaiknya guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada dirinya. Tujuannya agar peserta didik mudah dalam mempelajari dan mengerjakan tugas yang tersusun pada task asesmen kinerja. Berikut ini ada lima pertanyaan pokok yang dapat mengarahkan guru dalam menyusun tugas (task) yaitu:
a.       Keterampilan atau atribut kognitif penting apakah yang saya harapkan dapat diperlihatkan oleh peserta didik?
b.      Keterampilan atau atribut afektif atau sosial apakah yang saya harapkan dikembangkan oleh peserta didik?
c.       Keterampilan metakognitif apakah yang saya harapkan dikembangkan oleh peserta didik?
d.      Tipe masalah yang bagaimanakah yang saya harapkan dapat dipecahkan oleh peserta didik?, dan
e.       Konsep atau prinsip apakah yang saya harapkan dapat diaplikasikan oleh peserta didik?
2.      Merancang tugas-tugas untuk penilaian kinerja yang memungkinkan peserta didik dapat menunjukan kemampuan berpikir dan keterampilan. Dengan demikian tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk belajar. Setiap tugas hendaknya memiliki kedalaman dan keluasan serta sepadan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Pada tingkat kemampuan tertentu kedalaman dan keluasan tugas hampir dapat dikatakan terbatas. Sejumlah pertanyaan dan pernyataan yang diharapkan dapat membantu dalam pengembangan tugas-tugas penilaian kinerja yaitu:
a.       Disarankan agar peserta didik diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas sekurang-kurangnya satu minggu.
b.      Seberapa kompleks atau dalamnya tugas yang diberikan?. Sebenarnya tidak ada batasan yang jelas, tetapi ada baiknya jika tugas yang diberikan mulai dari yang sederhana (tetapi tetap menantang), dan makin lama makin kompleks.
c.       Tugas-tugas yang mempunyai hubungan dengan berbagai keterampilan seperti kemampuan berpikir (kognitif), sosial, atau afektif harus dikerjakan terlebih dahulu. Dengan kata lain tugas-tugas yang didasari oleh keterampilan yang lebih kompleks harus diutamakan.
d.      Prioritas harus diberikan untuk tugas-tugas yang dapat mengangkat mutu Sekolah Dasar secara keseluruhan.
e.       Tugas-tugas hendaknya mengacu kepada tujuan pembelajaran.
f.       Terakhir yang perlu dipertanyakan adalah sejauh mana tugas-tugas menjadi sesuantu yang dapat dicapai dan diselesaikan oleh peserta didik?
3.      Menetapkan kriteria keberhasilan yang akan dijadikan tolak ukur untuk menyatakan bahwa seorang peserta didik telah mencapai tingkat mastery lintas pengetahuan atau keterampilan yang diharapkan. Kriteria tersebut hendaknya cukup rinci, sehingga setiap aspek kinerja yang diharapkan dicapai oleh peserta didik mempunyai kriteria tersendiri. Misalnya bila tugas berkenaan dengan kinerja menulis, maka sebaiknya dibuat kriteia yang mengukur seluruh aspek teknik menulis, aspek isi, aspek pengorganisasian penyajian, aspek kebahasaan, dan lain-lain.
     Zainul (2005: 13) berpendapat bahwa dalam mengembangkan tugas-tugas (task) untuk asesmen kinerja, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1.      Tugas-tugas merupakan hal yang sangat biasa dalam proses pembelajaran, jadi bukan hal yang baru. Namun demikian, agar peserta didik dapat mengerjakan tugas-tugas dengan baik, maka tugas-tugas hendaknya disusun terstruktur dan terintergrasi didalam proses pembelajaran.
2.      Tugas yang baik adalah tugas-tugas yang mengacu kepada kehidupan yang nyata di masyarakat. Tugas yang demikian membutuhkan pendekatan multi disiplin, sehingga tugas-tugas tersebut sangat dianjurkan untuk di review terlebih dahulu oleh teman sejawat dari bidang studi yang berbeda agar cukup komprehensif.
3.      Tugas harus diberikan kepada semua peserta didik secara adil. Hal ini tidak berarti bahwa semua peserta didik harus memperoleh tugas yang sama. Tetapi harus dihindari pemberian tugas yang mengandung “biasa”. Tugas yang diberikan kepada peserta didik perlu dipertimbangkan, bahwa tugas tersebut demi kepentingan peserta didik, bukan kepentingan guru.
4.      Bentuk tugas yang terlalu “biasa saja” (sangat sederhana) mudah menimbulkan kebosanan. Oleh sebab itu, setiap tugas harus menjadi sebuah tantangan dan dapat menimbulkan rasa ingin tahu peserta didik. Namun demikian tidak berarti pula bahwa tugas-tugas boleh melampaui batas kemampuan peserta didik, karena hal tersebut dapat menimbulkan keputusasaan. Disamping itu pada setiap tugas perlu ada petunjuk yang sangat jelas, sehingga tanpa bertanya lagi setiap peserta didik dapat melakukan tugas tersebut. Apabila akan menetapkan asesmen kinerja, disarankan bagi guru, disamping menyusun task (tugas-tugas) dan rubrik (kriteria penilaian), hendaknya disusun pula “panduan pengerjaan tugas”.

C.    Rubrik Penilaian Kinerja
     Rubrik digunakan untuk menilai kualitas dari tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik. Agar dapat menjaga objektivitas penilaian kinerja maka diperlukan penetapan rubrik. Rubrik disusun berdasarkan tujuan penilaian. Dalam melaksanakan penilaian dengan menggunakan rubrik sebaiknya peserta didik mengetahui tentang kriteria apasaja yang akan dinilai sehingga mereka dapat memaksimumkan kemampuan yang dimilikinya.
     Andrade (dalam Zainul, 2003: 17) mendefinisikan rubrik sebagai suatu alat penskoran yang terdiri dari daftar seperangkat kriteria atau yang harus dihitung. Rubrik atau kriteria adalah suatu deskripsi tentang dimensi-dimensi untuk memutuskan kinerja peserta didik, suatu skala nilai untuk menilai dimensi-dimensi yang telah ditetapkan, dan standar untuk memutuskan kinerja (Karin dalam Sa’dijah, 2009). Rubrik berarti hirarki dan standar yang digunakan untuk menilai kerja peserta didik. Rubrik membantu guru menilai kinerja peserta didik dengan lebih akurat dan objektif serta memfokuskan guru untuk menilai kinerja, bukan peserta didiknya (Bush & Leinwand dalam Sa’dijah, 2009).
     Rubrik digunakan karena tugas kinerja tidak memiliki solusi tunggal, sehingga kinerja peserta didik tidak dapat dinilai dengan “mesin skor”, tapi harus ditentukan oleh peserta didik itu sendiri atau peserta didik lain dalam kelompok atau perseorangan. Penskoran dalam rubrik terdiri dari skala tetap dan daftar karakteristik yang menggambarkan kinerja untuk masing-masing skala. Karena rubrik menggambarkan tingkatan kinerja dari peserta didik, maka rubrik sangat berguna bagi guru, peserta didik, dan orang tua peserta didik, untuk mengetahui apa yang peserta didik ketahui dan dapat lakukan (Marzano, 1993: 29). Dalam penilaian kinerja, guru dan peserta didik dapat menggunakan rubrik yang sudah ada atau dapat mengembangkan rubrik sendiri. Namun untuk mengembangkan sebuah rubrik memerlukan waktu yang cukup panjang.
     Terdapat dua macam rubrik yaitu holistik dan analitik (Bush & Leinwand dalam Sa’dijah, 2009). Rubrik holistik menggambarkan kualitas kinerja untuk tiap level, sedangkan rubrik analitik memberikan nilai untuk komponen tugas. Kedua tipe rubrik tersebut mempunyai keuntungan masing-masing. Keuntungan rubrik holistik antara lain: (1) pekerjaan dinilai melaui keseluruhan kualitas, (2) semua proses diberikan bobot yang sama, serta (3) menekankan pada proses berpikir dan berkomunikasi dalam matematika. Sedangkan keuntungan rubrik analitik antara lain: (1) menekankan pada cara yang berbeda dalam menyelesaikan tugas, (2) beberapa proses dapat memberikan penekanan atau bobot yang berbeda, (3) lebih mudah diterapkan, serta (4) dapat memberikan sebagian kredit point.
(Mau ditulis contohnya ka?? Ada pada file vol-4-no-2-cholis-sadijah.pdf. tabel 1,2,3 dan 4)
D.    Kelebihan dan Kelemahan Penilaian Kinerja
     Kelebihan dari penggunaan penilaian kinerja menurut Marzano (1993: 29) yaitu: (1) Memberikan kesempatan untuk mengaplikasikan keterampilan menemukan, (2) Memberikan peluang untuk aplikasi pertanyaan-pertanyaan yang berakhir terbuka, (3) Mengembangkan kemampuan berfikir kritis peserta didik, (4) Memberikan bukti mengenai apa yang dapat peserta didik lakukan, dan (5) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkreativitas. Sedangkan menurut Sa’dijah (2009), bahwa beberapa kelebihan dari penilaian kinerja  antara lain yaitu: (1) pembelajaran dapat lebih efektif karena penilaian kinerja terintegrasi dalam proses pembelajaran, (2) membantu peserta didik untuk mengkomunikasikan ide, baik kepada teman-temannya maupun kepada guru-gurunya, (3) lebih lengkap dan valid dalam menilai kemampuan peserta didik, (4) mengembangkan pengetahuan dan keahlian peserta didik karena tidak hanya sekedar memberikan jawaban tapi juga beserta alasannya, dan (5) jawaban bersifat terbuka karena tidak ada jawaban benar atau salah.
     Meskipun penilaian kinerja mempunyai beberapa kelebihan, nanun tidak dapat dipungkiri bahwa penilaian kinerja juga mempunyai kelemahan. Menurut Sa’dijah (2009), kelemahan dari penilaian kinerja yaitu waktu yang digunakan relatif lama dan juga adanya kecenderungan guru bersikap subjektif sehingga dikhawatirkan penilaian kurang relevan. Sedangkan menurut Enger & Yager (2001: 18), kelemahan dari penilaian kinerja yaitu: (1) Tugas-tugas penilaian ini biasanya sulit untuk diselesaikan dengan lengkap oleh peserta didik, (2) Memberikan banyak variasi performens yang biasanya berakhir terbuka, (3) Menilai kinerja merupakan tugas yang spesifik, (4) Perlu mengatur waktu dan kelompok dengan baik, (5) Memerlukan waktu untuk merancang, mengimplementasikan dan mengevaluasi kinerja peserta didik, serta (7) Sulit untuk merancang tugas dan rubrik dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar